Saturday, March 3, 2012

1.     Direct Injection
direct injection
Overlap camshaft merupakan timing dimana katup masuk dan katup buang terbuka bersamaan. Artinya katup masuk sudah mulai terbuka namun katup buang belum menutup sempurna. Efeknya bahan bakar yang masuk akan sebagian terbuang saat proses ini berlangsung.
Agar hal ini tidak terjadi, beberapa produsen menerapkan teknologi direct injection di dapur pacu. Posisi injektor di dalam ruang bakar membuat kebutuhan bahan bakar dapat diprogram sepresisi mungkin. Baik dari segi jumlah bahan bakar yang disemprotkan, maupun waktu penyemprotannya.
Pada mesin yang telah dilengkapi turbo, hal ini semakin efektif lantaran tekanan turbo dapat dibuat setinggi mungkin tanpa takut terjadi gejala knocking. Tapi material injektor yang digunakan harus tahan terhadap kompresi mesin membuat biaya produksinya jauh lebih mahal ketimbang injektor yang diletakan di intake manifold. Beberapa merek yang sudah menerapkan teknologi ini antara lain Volkswagen, Audi, dan Peugeot.

3.    Variable Geometry Turbocharger
variable geometry turbocharger
Pengembangan turbocharger terus berlanjut. Untuk meminimalkan turbo-lag, bilah turbin dibuat variable agar mampu memutarkan turbo lebih cepat. Efeknya, turbo sudah mulai bekerja sejak putaran yang cukup rendah. Biasanya teknologi ini digunakan pada mesin diesel yang membutuhkan torsi besar diputaran rendah. Mobil – mobil di tanah air yang sudah menggunakan teknologi ini antara lain Hyundai i20 CRDi, Tyota Fortuner Diesel, dan BMW X1 sDrive20d.

4.    Transmisi Dual Clutch
dual clutch transmission
Peran transmisi dalam menyalurkan tenaga mesin ke roda begitu penting. Semakin sedikit selip yang terjadi, maka tenaga mesin dapat tersalur optimal ke roda. Dahulu kondisi ini hanya dapat diperoleh pada transmisi manual. Tapi kini transmisi otomatis telah berkembang pesat dengan menciptakan teknologi dual clutch.
Sejatinya, dual clutch adalah transmisi manual yang dioperasikan secara otomatis. Untuk mempercepat perpindahan gigi, digunakan dua buah kopling yang bekerja bergantian, masing – masing untuk gigi genap dan gigi ganjil. Mekanismenya diatur oleh komputer sehingga mampu merespon perpindahan gigi layaknya transmisi matik.
Transmisi dual clutch sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe wet dan dry. Tipe wet digunakan pada mesin – mesin dengan torsi maksimum lebih dari 250 Nm macam VW Golf GTI dan Caravelle. Pada transmisi tipe wet ini, kopling direndam oleh oli seperti kopling sepeda motor agar suhunya tetap terjaga ketika harus menyalurkan torsi ke mesin yang besar. Sedangkan tipe kering (dry) kini mulai dikembangkan untuk mesin – mesin dengan torsi kurang dari 250 Nm. Contohnya pada Ford Fiesta 1.6 sport dan VW Golf TSI. Kopling model kering ini membuat transfer ke roda menjadi lebih baik, layaknya transmisi manual.

5.    Elektronic Power Steering
electronic power steering
Salah satu usaha untuk mengurangi beban kerja mesin adalah dengan meminimalkan jumlah peranti yang digerakan oleh mesin, salah satunya adalah sistem power steering. Dahulu sistem power steering bekerja dengan tekanan hidraulis yang dihasilkan oleh pompa yang digerakkan mesin. Kini sistem power steering yang umum digunakan di mobil baru adalah Electronic Power Steering (EPS).
Sistem ini menggunakan sistem elektrik sebagai pengganti sistem hidraulis. Saat setir digerakan, motor elektrik yang dipasang langsung si sistem kemudi akan membantu meringankan putarannya. Teknologi ini mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya adalah dapat dimatikan atau dibuat lebih berat saat mobil melaju kencang, sehingga mobil lebih stabil. Lepasnya motor elektrik dari mesin membuat beban kerja mesin berkurang. Klaimnya dapat mencapai 5%.
Selain dengan bantuan komputer dan input dari sensor dan kamera parkir, EPS dapat diberi perintah untuk mengarahnya mobil ke ruang kosong yang tersedia. Sistem ini biasa disebut parking assist, seperti yang ada pada Lexus LS 600h.

6.    Transmisi CVT
Transmisi CVT
Dilihat dari penyaluran tenaganya, CVT memang tidak se-efektif transmisi dual clutch. Namun transmisi dengan sabuk baja sebagai pengganti rangkaian roda gigi ini memiliki kelebihan dalam hal kehalusan dan fleksibilitas. Kehalusan saat bekerja membuat kerja mesin lebih linear, sehingga putaran mesin bisa dijaga agar selalu berada di torsi maksimum. Dengan begitu mesin bekerja menjadi lebih efisien. Salah satu contohnya adalah Super CVT-i di Toyota Grand New Altis. Super CVT-i membuat mobil meluncur lebih halus dan mulus.
Sebagai pengganti roda gigi di transmisi otomatis konvensional, CVT menggunakan dua buah puli yang bisa diatur besar diameternya untuk menghasilkan rasio tertentu. Nah, besarnya rasio ini bisa berubah – ubah sesuai dengan kebutuhan dan karakter mengemudi, berdasarkan perintah komputer pengatur transmisi. Sistem CVT pintar ini sudah diterapkan di CVT-i milik Toyota Corolla Grand New Altis dan Xtronic pada Nissan X-Trail.



sumber : majalah autobild

0 comments: