Sunday, April 21, 2013


Sejak jaman antah barantah produk dari negeri eropa memang terkenal dengan desain yang khas dan memiliki jiwa seni. Berbeda dengan produk jepang yang selalu berganti-ganti sesuai dengan perkembangan. Hal ini memang sudah menjadi kenyataan yang juga merambah ke dunia otomotif baik dalam kategori roda dua maupun roda empat-nya. Namun, yang akan dibahas kali ini adalah untuk kategori roda dua, khususnya superbike.
Japanese Superbike vs European Superbike, Pilih mana??
Dalam dunia superbike, performa mesin merupakan sesuatu yang menjadi nomor satu untuk dipertimbangkan. Namun, bagi sebagian orang performa tak harus maksimal asalkan dapat membuat eklusifitas meningkat. Hal ini terjadi pada european superbike yang dikenal dengan desainnya yang ekslusif dengan kemewahannya. Lihat saja desain dari deretan superbike Ducati, mereka telah memiliki ciri khas dengan bentuk yang harus sesuai dengan patennya. Ini akan menjadi acuan keberhasilan suatu produk dengan mempertahankan unsur histori. Hal ini belajar dari kegagalan akan Ducati 999 yang keluar dari pakem desain Ducati sebelumnya.
MV Agusta F4-RR, desain lama masih sangat terlihat, is artwork motorcycle superbike!!!
Desain yang lebih lama lagi dan terbukti menjadi desain legendaris adalah desain khas MV Agusta F4 yang dihasilkan dari coretan desainer terkenal Tamburini yang juga mendesain  Ducati 998 superbike. Desain ini tetap dipertahankan hingga versi MV Agusta F4 teranyar dengan penyegaran dibeberapa bagian tentunya. Lalu bagaimana dengan Aprillia dan BMW? Mereka telah menemukan desain paten mereka. Lihat saja Aprillia yeng tetap mempertahankan lekukan versi RS-nya dan BMW dengan bentuk asimetrisnya. Dengan kata lain superbike eropa memang memiliki unsur prestise dengan desain-desain yang mereka pertahankan sejak dulu kala.
BMW S1000RR, european superbike dengan konsep jepang
Beralih ke superbike jepang yang memiliki desain yang selalu berubah-ubah mengikuti tren. Superbike jepang memang memiliki performa yang mumpuni jika dinilai dari harga yang mereka tawarkan. Tak heran jika banyak tim-tim privater yang menggunakan japanese superbike untuk mengikuti kompetisi balap. Performa mereka terbilang 11-12 dengan european superbike, walau beberapa tahun belakangan BMW membuat superbike yang mampu mengungguli superbike jepang dalam hal kesesuaian harga dan performa.
Yamaha YZF R1, sering dianggap sebagai "Ducati"-nya jepang
Dari line-up produk, Japanese superbikes masih dikuasai oleh the big four yaitu Honda CBR1000RR, Yamaha YZF-R1, Suzuki GSX-R1000, dan Kawasaki ZX10-R. Sedangkan line-up superbike eropa memiliki Ducati 1199 Panigale, Aprillia RSV-4, BMW S1000RR, KTM RC 1198 dan MV-Agusta F4. Jika dilhat seksama, jajaran superbike eropa saat ini lebih mendominasi kancah WSBK, berbeda dengan tahun 2000an dimana superbike jepang dengan mesin inline 4 mampu mendominasi kejuaraan WSBK.  Sepertinya superbike eropa mulai berbicara soal ekonomis meniru japanese superbike. Sebut saja BMW S1000RR dan Aprillia RSV4 yang dibenderol mendekati the big four jepang namun dengan nilai prestise ala eropa.
Kawasaki Ninja ZX10R, mencoba mengalahkan keganasan performa BMW S1000RR
Hal ini mungkin yang menyebabkan harga jual japanese superbike tak dapat bertahan dan boleh dibilang “jeblok” jika dibandingkan dengan harga jual european superbike macam Ducati maupun MV-Agusta. Prestise sebuah produk eropa memang jauh lebih mempengaruhi keadaan pasar termasuk pasar superbike. Apalagi jika yang akan dibeli merupakan produk premium macam superbike, yang mana orang akan memilih produk ber”merk” yang jauh memiliki prestise. Kemudahan perawatan dan up-grade performa yang dimiliki superbike jepang sepertinya tak mempan untuk mengalahkan prestise yang dimiliki produk superbike eropa. Hmm.. it’s my opinion..:)

0 comments: